Kamis, 30 Januari 2014

Jeritan wanita barat dan kekagumannya kepada wanita Muslimah

jeritan wanita
Jeritan wanita barat dan kekagumannya kepada wanita Muslimah…
Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon .
Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam.
Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslim dalam tulisannya bertajuk
“Kepada Saudariku Para Muslimah”;.
Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa bayi atau anak-anak yang mengelilingi mereka. Aku menyaksikan bahwa meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata.
Tapi aku tidak bisa memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang paling penting kebahagiaan yang tetap terpancar dari wajah kalian.
Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari kami ( perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang alamiah sebagai perempuan. Di Barat, kaum perempuan juga menjalami kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral.
Perangkap Setan
Mereka membombardir kami, rakyat Amerika dari Hollywood dan bukan dari jet-jet tempur atau tank-tank buatan Amerika.
Mereka juga ingin membombardir kalian dengan cara yang sama, setelah mereka menghancurkan infrastruktur negara kalian. Aku tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan direndahkan seperti yang kami alami. Kalian dapat menghinda dari bombardir semacam itu jika kalian mau mendengarkan sebagian dari kami yang telah menjadi korban serius dari pengaruh jahat mereka.

Keindahan Kota London

London adalah salah satu kota metropolitan terbesar di dunia. London adalah kota global terkemuka yang unggul dalam bidang seni, bisnis, pendidikan, hiburan, mode, keuangan, kesehatan, media, layanan profesional, penelitian dan pembangunan, pariwisata, serta transportasi. London, bersama dengan New York City, merupakan pusat keuangan terkemuka di dunia,[10][11][12] dan menjadi kota dengan PDB terbesar kelima di dunia, atau yang tertinggi di Eropa. London juga menjadi kota yang paling sering dikunjungi,[18] dan tercatat sebagai kota dengan bandar udara tersibuk di dunia berdasarkan lalu lintas penumpang internasional.


Gambar-Gambar London TerkerenGaleri Gambar London Inggris KerenGaleri Gambar Kota London TerkerenGambar-Gambar London TerindahGambar London TerkerenFoto Kota London Terindah

Contoh Jilbab Modern

Halooooooo Holaaaaa :3 
kali ini dela akan mempublikasikan *haha* Cara Memakai Jilbab Modern :3


Cara memakai model jilbab modern, judul yang satu ini pasti sering dicari,mengapa? karena pada jaman modern ini wanita yang berjilbab pun tidak mau ketinggalan jaman. Nah untuk kali ini saya akan memberikan segudang informasi tentang bagaimana cara memakai model jilbab modern, tapi sebelumnya kita ulas terlebih dahulu apa sih arti kata jilbab itu sendiri, dan seperti apa jilbab modern itu ?

kata jilbab (dalam bahasa indonesia)  yang dikenal kebanyak masyarakat ini mengartikan sebagai penutup aurat bagian kepala atau biasa disebut kerudung. Namun bila dilihat kedalam kamus bahasa arab itu sendiri kata "jilbab' berasal dari kata 'jalaba' yang berarti menghimpun atau membawa. Kemudian istilah jilbab ini digunakan pada negri-nergi berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian yang menutupi seluruh anggota badan wanita kecuali muka dan telapak tangan. Dan kongkritnya dalam kosah kata bahasa indonesia jilbab ialah kerudung lebar yang dipaki perempuan muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai ke dada. Secara umum mereka yang menutupi bagian itu disebut orang yang berjilbab.

jilbab modern, yah...dijaman yang serba modern, jilbab pun terbawa imbas dengan kata modern ini, sebenarnya tidak ada perbedaan yang khusus untuk jilbab yang digunakan pada jaman dulu dan jaman sekarang, perintahnya pun sama, yaitu sebagaimana allah berfirman : " Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang.(Al Ahzab.59). namun pada jaman modern ini banyak sekali desainer-desainer muslim yang kreatif dalam mengkreasikan jilbab agar terlihat lebih indah ketika digunakan. maka dari itu bila dilihat cara pemakaian jilbab pada jaman dahulu dan sekarang, maka akan terlihat dengan jelas perbedaannya.

sekarang model jilbab yang seperti apa sih yang disebut jilbab modern? nah, dibawah ini ada beberapa gambar tentang jilbab modern , yuu cekidot :D

Cara Memakai Model Jilbab Modern



Senin, 27 Januari 2014

Kisah Ibunda Haritsah Bin Suraqah

Haritsah bin Suraqah adalah seorang pemuda Anshar. Beliau punya cerita yang amat menarik tentang dirinya sebagaimana yang tersebut dalam buku-buku Sirah Nabawiyah. Penggalan akhir dari cerita ini bahkan ada dalam Shahih Bukhari. Tentu bukan hanya kisah tentang dirinya, tapi juga sang Ibu yang turut mewarnai jalan hidup yang menjadi pilihannya.


Kisah ini bermula ketika Nabi SAW menyeru para sahabatnya untuk pergi ke Badar. Mendengar seruan Nabi tadi, Haritsah bin Suraqah mendatangi Ibunya, seorang wanita tua yang telah bungkuk punggungnya. Sang Ibu sangat sayang kepada anaknya yang satu ini. Hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa si anak pun kadang membuatnya cemas. Sengatan matahari di siang hari terhadap anaknya juga membuatnya cemas. Bahkan lebih dari itu, seandainya si buah hati bersimpuh di hadapannya, lalu memintanya menyerahkan nyawanya untuknya, niscaya sang Ibu tak segan-segan memberikannya.

Suatu ketika sang Ibu bersimpuh di hadapan anaknya. Dengan penuh harap ia memohon kepada Haritsah agar mau menikah. Ia amat merindukan lahirnya seorang cucu dari buah hatinya ini. Dengan lembut haritsah berkata,”Bunda..” “apa yang hendak kau perbuat wahai anakku?” Tanya sang Ibu. “saat ini Rasulullah sedang mengajak para sahabat untuk menyertai beliau ke Badar dan aku berniat untuk ikut bersama mereka,” kata Haritsah. “wahai anakku, sungguh demi ALLAH, amat berat rasanya berpisah denganmu. Wahai anakku, tetaplah bersamaku dan janganlah pergi!” pinta sang ibu sambil memelas. Namun Haritsah tak putus asa, ia terus menerus membujuk Ibunya sambil menciumi kening sang Ibu serta kedua tangan dan kakinya hingga ia merelakan keberangkatannya. “pergilah, hai anakku, nampaknya aku tak akan merasakan nikmatnya makan, minum, dan tidur hingga engkau kembali kepadaku,” kata Ibunya. Perlahan sang Ibu mengenakan pakaian bagi anaknya, menyelempangkan panah dan busurnya, kemudian mengecup keningnya, lalu melepas kepergiannya.

Tatkala kaum Muslimin tiba di Badar, mereka bermarkas di sekitar sumur Badar. Setelah mereka bermarkas di sana, mulailah pasukan kafir tiba kompi demi kompi untuk mengambil posisi mereka. Sesaat sebelum genderang perang di tabuh, kedua pasukan telah siap berhadap-hadapan. Ketika itulah tiba-tiba Haritsah berlari menuju sumur Badar,tenggorokannya kering terbakar rasa haus. Bergegas ia ke sumur tadi untuk melepas dahaganya. Tatkala kedua tangannya menciduk air dari sumur untuk di minum, tiba-tiba ada seorang sahabat yang melihatnya. Ia adalah seorang Muslim dari Bani Najjar. Rasulullah SAW menugaskannya untuk menjaga sumur Badar dari para penyelinap. Sebagai orang yang di tugasi untuk menjaga sumur, sahabat tadi khawatir jika ada seseorang dari pihak musuh yang ingin mencelakai kaum Muslimin dengan mencemari air sumur itu.

Maka tatkala ia mendapati Haritsah hendak mengambil air di sumur tersebut, ia langsung waspada dan berkata, “A’udzubillah, orang kafir ini hendak mencemari sumur kita!?” segeralah ia siapkan busurnya, lalu ia letakkan sebatang anak panah di atasnya. Dengan seksama ia bidikkan anak panah tadi ke arah Haritsah, lalu dipanahnya Haritsah sekuat tenaga dan kemudian, Bless..!! anak panah itu tepat mengenai kerongkongan Haritsah!! Dia pun berteriak kesakitan. Ia terkapar di tanah sembari berteriak-teriak minta tolong. Anak panah tadi nyaris membuatnya tak bisa berbicara. Namun tak seorang pun datang menolong. Mereka mengira bahwa Haritsah adalah mata-mata musuh. Ia mencoba mencabut anak panah itu, namun apa lacur, ternyata tubuhnya yang justru terkoyak karenanya. Darah pun mengalir deras membasahi sekujur tubuhnya. Ia terus menerus mengerang kesakitan sambil meregang nyawa, dan akhirnya ia wafat. Setelah terbunuh, si penjaga sumur menghampirinya untuk mencari tahu tentang orang itu. Alangkah kagetnya ia ketika mendapati bahwa yang terbunuh ternyata Haritsah bin Suraqah. "La haula wa la quwwata illa billah!!” serunya terperanjat. Ia segera mengabarkan kepada Nabi SAW akan apa yang terjadi, namun beliau memaafkannya.

Usai peperangan, Rasulullah SAW dan para sahabatnya kembali ke Madinah, kaum muslimin keluar berbondong-bondong menyambut kedatangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Wanita, anak-anak, dan orang tua sama-sama menunggu di gerbang kota, di tengah teriknya matahari dan gersangnya padang pasir. Para wanita menunggu kedatangan suami mereka, anak-anak menunggu kedatangan ayah mereka, dan orang tua menunggu kedatangan anak mereka. Di antara mereka yang menunggu tadi ialah ibunda Haritsah bin Suraqah seorang wanita tua yang jantungnya berdegup kencang menanti kedatangan anak tersayang. Tatkala pasukan kaum muslimin tiba di Madinah, anak-anak berlarian menghampiri ayahnya masing-masing, kaum wanita bergegas mencari suami mereka, demikian pula para orang tua menyambut anak mereka, sedangkan ibunda Haritsah masih duduk termenung menunggu kedatangan anaknya.

Rombongan pertama telah tiba, disusul yang kedua, ketiga, kesepuluh, keseratus, kedua ratus. Namun, Haritsah tak kunjung tiba, sedangkan sang ibu tetap setia menantinya di tengah terik matahari yang membakar kulit. Ia takkan bosan menanti jantung hatinya itu, setelah selama ini ia selalu menghitung hari demi hari, bahkan menit demi menit menanti kedatangan anaknya. Ia bertanya kesana kemari perihal anaknya. Namun lagi-lagi, ia kembali dengan tangan hampa. Hampir saja ia dihinggapi rasa putus asa akan anaknya. Berulang kali ia mencari-cari anaknya, namun sang anak tak terlihat juga diantara rombongan-rombongan itu. Maka dipegangnyalah seorang sahabat seraya bertanya, “apakah engkau mengenal Haritsah bin Suraqah?” “ya, Ibu siapa?” Tanya orang itu. “aku adalah Ibunya, aku Ibunda Haritsah,” jawab si Ibu. “jika anda benar Ibunya, maka tabahkanlah hati anda, sesungguhnya Haritsah telah terbunuh,” jawab orang itu. Mendengar kata-kata itu segeralah terbayang dalam hatinya akan Jannah. Ia berteriak, “Allahu Akbar!!Anakku telah syahid!! Semoga ia akan memberiku syafaat di Jannah kelak.” “Syahid? Kurasa ia tidak mati syahid,” sela orang itu. “lho, ada apa memangnya?” Tanya si Ibu keheranan. “ia tidak mati di tangan orang kafir,” jawab lelaki itu. “ia tidak terbunuh diantara barisan kaum muslim?” Tanya si Ibu. “tidak,” jawab lelaki tadi. “ia tidak terbunuh demi mempertahankan panji-panji Islam?” Tanyanya lagi. “tidak,” jawab lelaki itu. “lantas bagaimana ia mati terbunuh? Dimanakah Haritsah anakkku?” tanyanya agak histeris. “sesungguhnya Haritsah terbunuh sebelum perang dimulai, dan yang membunuhnya adalah salah seorang dari kaum Muslimin. Jadi anakmu belum sempat berperang sedikitpun,” kata lelaki itu. “apa maksudmu?” Tanya si Ibu. “ia bukanlah seorang syahid menurutku. Akan tetapi, semoga saja ALLAH memasukkannnya dalam Jannah,” jawabnya enteng. Setelah mendengar jawaban itu, sang Ibu bertanya, “kalau begitu dimanakah Rasulullah SAW?” “itu dia, beliau sedang menuju kemari,” katanya.

Maka bergegaslah perempuan ‘malang’ ini mendatangi Rasulullah SAW, ia mengayun langkahnya yang berat dengan hati yang diliputi kegalauan akan anaknya, air matanya berderai membasahi pipinya, namun bukan air mata biasa, akan tetapi seakan ruhnya yang menetes. Di hadapan Nabi SAW, perempuan ‘malang’ ini berdiri dengan kepala tertunduk. Nabi SAW menatapnya dengan penuh rasa iba, wanita tua sebatang kara, tak punya tempat kembali untuk berbagi kesedihan. Beliau pun bertanya, “siapa anda?” “aku Ibunya Haritsah,” jawabnya. “apa yang anda inginkan, wahai Ibunda Haritsah?” tanya Nabi SAW. “ya Rasulullah, engkau tahu betapa cintanya aku kepada Haritsah dan semua orangpun tahu alangkah cintanya aku kepadanya. Ya Rasulullah, aku mendengar, aku mendengar bahwa ia telah terbunuh. Maka kumohon padamu kabarkanlah aku dimana anakku sekarang? Kalau ia berada di Jannah, aku akan sabar, namun jika tidak demikian, biarlah ALLAH menyaksikan apa yang kuperbuat nanti!!” serunya. Nabi pun menatapnya dengan keheranan, “apa yang barusan anda katakan hai Ibunda Haritsah, apa yang anda katakan?” “sebagimana yang engkau dengar tadi, ya Rasulullah, kalau ia berada di Jannah, aku akan sabar, namun jika tidak demikian, biarlah ALLAH menyaksikan apa yang kuperbuat nanti!!” jawabnya.

Maka Nabi yang pengasih ini menatapnya dengan iba. Ia tak ubahnya seperti wanita tua yang sedang kalut pikirannya. Hatinya dipenuhi kegalauan. Ia berangan-angan andai saja anaknya berdiri di depannya, kemudian ia mendekapnya, menciumnya, dan membelainya. Ia rela berkorban apa saja untuk itu semua, walau dengan nyawanya sekalipun. Kedua kakinya terlihat kaku, lisannya terdiam membisu, tulang-tulangnya nampak rapuh, punggungnya yang membungkuk, kulitnya yang keriput dan suaranya yang serak seakan tertahan dalam kerongkongan. Alangkah malangnya nasib perempuan tua ini. Ia berdiri sembari kedua matanya menatap dengan penuh rasa ingin tahu. Kiranya jawaban apa yang akan didengarnya dari utusan ALLAH ini? Melihat kepasrahannya, ketundukkannya, dan keterkejutannya atas kematian anaknya, Nabi SAW berpaling kepadanya seraya berkata, “apa yang Ibu katakan?” “seperti yang engkau dengar sebelumnya, ya Rasulullah,” jawabnya. “celaka, bagaimana engkau ini, hai Ibunda Haritsah, kau sedih kehilangan anakmu? Bukan Cuma satu Jannah baginya, ada Jannah yang bertingkat-tingkat disana, dan Haritsah berada di Firdaus yang paling atas.” Tatkala mendengar jawaban ini redalah tangisnya dan kembalilah akalnya, lalu ia berkata “ya Rasulullah, ia benar-benar berada di Jannah??” “iya,” jawab beliau SAW. Maka kembalilah perempuan ‘malang’ ini ke rumahnya, disanalah ia mengisi hidup sambil menanti datangnya kematian. Ia rindu untuk segera bersua dengan buah hatinya di Jannah. Ia tak meminta ghanimah maupun harta, tidak pula mencari ketenaran maupun popularitas. Ia cukup ridha dengan Jannah, toh selama berada di Jannah, ia bisa makan sepuasnya, berteduh di bawah pohon-pohon rindang sesukanya, dan berkumpul bersama wajah-wajah yang berseri karena melihat wajah ALLAH. Mereka semuanya ridha didalamnya.

Demikianlah balasan yang setimpal bagi mereka. Bukankah selama ini mereka telah mempertaruhkan nyawa untuk itu, tubuh mereka yang dahulu penuh sayatan pedang, tusukan tombak, dan tancapan panah. Kini tibalah saatnya menuai segala jerih payah.”Mereka berada diatas dipan yang bertahtakan emas dan permata, seraya bertelekan diatasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari mata air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. Bagi mereka ada buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang mereka telah kerjakan. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam..” (QS. al-Waqi’ah: 15-26).

Semoga ALLAH merahmatimu wahai Ibunda Haritsah, dan menempatkanmu bersamanya dalam Jannatul Firdaus.


dikutip dari ayonikah.com

10 Tips Lulus UJIAN NASIONAL!

Hai Hai...
Wihhhh mei kita udah UN lhooo, pasti pada persiapan kan? yang belum ada persiapan, ini nih dela kasih 10 Tips Lulus UN!


1. Belajar Maksimal, Namun Tetap Rileks

Cara yang pertama ini adalah sebagai langkah memulai untuk memutar memori pelajaran yang telah tersimpan dalam syaraf otak. Sehingga belajar yang maksimal dan rileks menjadi pekerjaan rutin sebagian siswa yang akan menempuh ujian nasional.

2. Belajar Berkelompok Sebelum Menempuh Ujian

Tips ini sangat efektif jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus. Karena salah satu langkah ini dapat membuat kita lebih mengetahui apa yang telah teman kita ketahui terlebih dahulu dalam bidang tertentu.

3. Membuat Referensi Pelajaran


Pelajaran yang lalu pasti ada saja yang kita lupakan. Resume atau rangkuman adalah salah satu cara untuk mengembalikan semua pelajaran yang kita agak lupa. Bahkan cara ini dapat kita lakukan dalam setiap pelajaran yang kita anggap menyulitkan kita.

4. Mempersiapkan Segala Yang Dibutuhkan Saat Ujian

Alat tulis menjadi hal utama dalam menjalankan ujian. Seperti pensil khusus, papan jalan serta penghapus. Karena tidak mungkin kita dapat sukses melaksanakan ujian tanpa alat tulis.

5. Hindari Pekerjaan Berat

Pekerjaan yang memungkinkan menggangu konsentrasi anda saat menjelang ujian sangat berpengaruh dalam konsentrasi pola pikir anda karena secara langsung otak menyerap dua tenaga yang berlawanan antara memori dan beban.

What was missed?

             HOLAAAAA!            All people must have felt "homesick". the word torture. yes very excruciating. Just a small example we could miss our girlfriends or parents. relationships that are separated by a distance causes the sense of longing that arises suddenly. This pain is but a destiny that must be accepted.             First we need to pursue your goals. sometimes with our pursuit of ideals, we have to go as far from the Yakita dear. sometimes we can weep in this little thing, it just says if the preformance of your heart "MISS" 


Missed was a pause in love and loving someone.